When
the sun shines : Kiara
~~~
"Kau
punya segalanya yang aku impikan.
Kenangan
pun tak henti.
Saja
tentang bayangmu.
Walau
kutau kau tak pernah anggap ku ada"
-coklat.
Antara ada dan tiada
Aku suka lari.
Sejak baca buku Mengejar Matahari. Sejak lari pagi sebelum subuh setiap pagi
sama ayah. Sejak sadar aku nggak jago olahraga apa-apa selain lari. Sejak aku
suka rasanya kekurangan oksigen dan dada sakit karena bahagia. Sejak ada
seseorang yang harus aku kejar. Sejak seorang dia.
Ada seorang
dia.
Yang terlalu
naif untuk dilewatkan.
Dia baik.
Pintar. Manis. Keren. Cakep. Kaya.
Tapi aku suka
sama dia bukan karena itu semua. Terserahlah mau bilang aku munafik dan
pembohong juga gapapa. Toh teserah aku juga,kan mau ngerasa gimana dan kenapa.
Well, aku suka
dia karena dia seorang dia.
Namanya
Alexander Gian Wijaya.
Kita beda
kelas. Tapi dulu satu SMP. Waktu Smp kita nggak pernah sekelas. Kita dari dunia
yang berbeda saat itu. Saat aku mati-matian ngejar nilai sebagai balas budi
atas beasiswa dari sekolah, dia mati-matian memenangkan pertandingan basket.
Saat aku berusaha mencerna materi tambahan pelajaran buat lomba, dia berusaha
menangin balapan sama temen-temennya. Saat itu, aku emang udah ada rasa sama
dia. Tapi dia nggak ada rasa ke aku sama sekali.
Sekarang kita
se SMA. Sejak ayah alih profesi, kehidupan keluargaku melesat begitu cepat. Aku
bisa masuk sekolah elit yang sama dengan dia. Bedanya, aku peringkat paralel
tertinggi dan dia bahkan nggak peduli hal semacam itu. Meskipun kenyataanya dia
peringkat kedua.
~~~
Ternyata, dia
juga ikut ekskul yang sama. Pecinta Alam.
Latihan fisik
Pecinta Alam sore itu diawali dengan lari. Sebenernya, aku mau-mau aja sih
lari. Tapi mikir juga, soalnya udah celananya training panjang yang bahannya
parasut dan kaosnya item polos-semua junior harus kompakan bajunya- matahari
sore itu kayaknya baru seneng-senengnya ngeringin jemuran. Dan ngitemin kulit
bule.
Dan well,
meskipun sekolah ada PE center yang ada running track indoor.nya, gatau kenapa
kita malah suruh lari di luar.
Aku lari.
Kerena udah biasa, aku larinya lumayan cepet. Aku pengen cepet selesai. Terus
Minum. Duduk di bawah pohon rindang di halaman sekolah sambil ngelurusin
kaki.
Aku mendahului
temen-temen yang lain. Juga para senior.
Saat lari, aku
ngerasa kayak terbang. Punya kendali penuh atas diriku. Nggak peduli kapan
harus berhenti.
Di depanku ada
Gian.
Aku berusaha
menjajari langkahnya yang lebih seperti melayang daripada berlari.
Dia menoleh,
tersenyum.
Aku membeku.
Matahari
seolah tersedot ke dalam matanya yang hitam berkitau dan ke dalam senyumnya
yang seindah peri.
Aku membalas
dengan tersenyum canggung. Senyum yang membuatku merasa harus berlatih
tersenyum lagi.
"duluan,ya."
katanya lalu berlari lebih cepat
"duluan,ya."
balasku lalu berlari mendahului dia
Aku mendengar
dia tertawa. Langkah kakinya mendekat. Bau keringatnya yang manis tercium
olehku. Cinta memang gila.
Aku nggak bisa
lagi lari lebih cepat. Melting abiss. Dia menjajari langkahku.
"gimana
kalo kita lari bareng aja..?" tawarnya
"oke"
kataku sesantai mungkin. Padahal aku yakin detak jantungku berdetaknya kayak
udah hampir jebol
Aku nggak
inget apa aja yang kita bicarain pas lari. Yang aku inget cuma senyumnya,
tawanya, caranya lari, dan bau keringatnya yang manis. #dasar.pelupa# Aih, jadi malu..
Ternyata kita
udah nyampe duluan. Di pos satpam, sebagian senior yang nggak ikut lari ada
disana. Baca: senior pemalas dan banyak alesan. "yang udah boleh
istirahat" kata salah satu senior yang aku-sebagai junior gatau diri-gatau
namanya
Aku langsung
berjalan santai menuju salah satu pohon favoritku. Pohonnya rindang, kalo duduk
di bawahnya langsung merasa sejuk, tenang, dan nyaman. Kayak habis boker.
Aku terus
ngelurusin kaki sambil liat awan biru yang cerah banget. Tiba-tiba, bayangan
seseorang menutupi pemandanganku. Dan sebuah tangan terjulur menawarkan sebotol
air mineral yang isinya tinggal setengah.
Itu Gian.
"kamu
pasti haus,kan. Nih, minum aja. Daripada ntar kalo suruh korsa nggak bisa puas
minumnya" katanya
Aku speechless
dan cuma bisa bilang "makasih" dan minum air itu dengan gaya khas
koboi : bar-bar
"airnya
nggak enak. Pahit,bau lagi" kataku
"hah..?
Masak sih..? Tadi aku yang minum nggak kok" katanya curiga
"iya,
kalo cuma dikit. Hehehe"
"hahaha,..
Kirain beneran"
Sejak saat
itu, aku tau pasti apa mimpi baruku : dia.
~~~
Matahariku
itu kamu
Satu,
besar, hangat, berarti, tak tergantikan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar