Senin, 05 November 2012

Part Three


When the sun shines : Kiara

~~~

"Kau punya segalanya yang aku impikan.
Kenangan pun tak henti.
Saja tentang bayangmu.
Walau kutau kau tak pernah anggap ku ada"
-coklat. Antara ada dan tiada

Aku suka lari. Sejak baca buku Mengejar Matahari. Sejak lari pagi sebelum subuh setiap pagi sama ayah. Sejak sadar aku nggak jago olahraga apa-apa selain lari. Sejak aku suka rasanya kekurangan oksigen dan dada sakit karena bahagia. Sejak ada seseorang yang harus aku kejar. Sejak seorang dia.

Ada seorang dia.
Yang terlalu naif untuk dilewatkan.
Dia baik. Pintar. Manis. Keren. Cakep. Kaya.
Tapi aku suka sama dia bukan karena itu semua. Terserahlah mau bilang aku munafik dan pembohong juga gapapa. Toh teserah aku juga,kan mau ngerasa gimana dan kenapa.
Well, aku suka dia karena dia seorang dia.

Namanya Alexander Gian Wijaya.
Kita beda kelas. Tapi dulu satu SMP. Waktu Smp kita nggak pernah sekelas. Kita dari dunia yang berbeda saat itu. Saat aku mati-matian ngejar nilai sebagai balas budi atas beasiswa dari sekolah, dia mati-matian memenangkan pertandingan basket. Saat aku berusaha mencerna materi tambahan pelajaran buat lomba, dia berusaha menangin balapan sama temen-temennya. Saat itu, aku emang udah ada rasa sama dia. Tapi dia nggak ada rasa ke aku sama sekali.

Sekarang kita se SMA. Sejak ayah alih profesi, kehidupan keluargaku melesat begitu cepat. Aku bisa masuk sekolah elit yang sama dengan dia. Bedanya, aku peringkat paralel tertinggi dan dia bahkan nggak peduli hal semacam itu. Meskipun kenyataanya dia peringkat kedua.

~~~

Ternyata, dia juga ikut ekskul yang sama. Pecinta Alam.
Latihan fisik Pecinta Alam sore itu diawali dengan lari. Sebenernya, aku mau-mau aja sih lari. Tapi mikir juga, soalnya udah celananya training panjang yang bahannya parasut dan kaosnya item polos-semua junior harus kompakan bajunya- matahari sore itu kayaknya baru seneng-senengnya ngeringin jemuran. Dan ngitemin kulit bule.

Dan well, meskipun sekolah ada PE center yang ada running track indoor.nya, gatau kenapa kita malah suruh lari di luar.

Aku lari. Kerena udah biasa, aku larinya lumayan cepet. Aku pengen cepet selesai. Terus Minum. Duduk di bawah pohon rindang di halaman sekolah sambil ngelurusin kaki. 
Aku mendahului temen-temen yang lain. Juga para senior.
Saat lari, aku ngerasa kayak terbang. Punya kendali penuh atas diriku. Nggak peduli kapan harus berhenti.

Di depanku ada Gian.
Aku berusaha menjajari langkahnya yang lebih seperti melayang daripada berlari.
Dia menoleh, tersenyum.
Aku membeku.
Matahari seolah tersedot ke dalam matanya yang hitam berkitau dan ke dalam senyumnya yang seindah peri.
Aku membalas dengan tersenyum canggung. Senyum yang membuatku merasa harus berlatih tersenyum lagi.

"duluan,ya." katanya lalu berlari lebih cepat
"duluan,ya." balasku lalu berlari mendahului dia
Aku mendengar dia tertawa. Langkah kakinya mendekat. Bau keringatnya yang manis tercium olehku. Cinta memang gila.
Aku nggak bisa lagi lari lebih cepat. Melting abiss. Dia menjajari langkahku.
"gimana kalo kita lari bareng aja..?" tawarnya
"oke" kataku sesantai mungkin. Padahal aku yakin detak jantungku berdetaknya kayak udah hampir jebol

Aku nggak inget apa aja yang kita bicarain pas lari. Yang aku inget cuma senyumnya, tawanya, caranya lari, dan bau keringatnya yang manis. #dasar.pelupa#  Aih, jadi malu..

Ternyata kita udah nyampe duluan. Di pos satpam, sebagian senior yang nggak ikut lari ada disana. Baca: senior pemalas dan banyak alesan. "yang udah boleh istirahat" kata salah satu senior yang aku-sebagai junior gatau diri-gatau namanya

Aku langsung berjalan santai menuju salah satu pohon favoritku. Pohonnya rindang, kalo duduk di bawahnya langsung merasa sejuk, tenang, dan nyaman. Kayak habis boker.

Aku terus ngelurusin kaki sambil liat awan biru yang cerah banget. Tiba-tiba, bayangan seseorang menutupi pemandanganku. Dan sebuah tangan terjulur menawarkan sebotol air mineral yang isinya tinggal setengah.
Itu Gian.
"kamu pasti haus,kan. Nih, minum aja. Daripada ntar kalo suruh korsa nggak bisa puas minumnya" katanya
Aku speechless dan cuma bisa bilang "makasih" dan minum air itu dengan gaya khas koboi : bar-bar
"airnya nggak enak. Pahit,bau lagi" kataku
"hah..? Masak sih..? Tadi aku yang minum nggak kok" katanya curiga
"iya, kalo cuma dikit. Hehehe"
"hahaha,.. Kirain beneran"


Sejak saat itu, aku tau pasti apa mimpi baruku : dia.

~~~
Matahariku itu kamu
Satu, besar, hangat, berarti, tak tergantikan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar